Bulukumba, DB – Satu lagi produk kue lokal Bulukumba yang pasarannya sudah lintas kabupaten, provinsi bahkan sudah sampai ke Malaysia.
Produk khas Bulukumba ini adalah dodol Aksata Palioi yang diproduksi oleh warga Desa Benteng Palioi. Produk dodol yang dirintis sejak akhir tahun 2021 ini menawarkan empat varian yaitu original, durian, kacang tanah dan wijen.
Saat owner Aksata Dodol, Rahman memperkenalkan kepada Bupati Bulukumba Muchtar Ali Yusuf di sebuah kegiatan pelatihan beberapa hari yang lalu, Bupati berlatar pengusaha ini langsung merespon dan mengapresiasi kreatifitas para pemuda dari desa dengan mengembangkan produk yang selama ini menjadi penganan khas yang dibuat warga di desanya jika ada perayaan hari-hari besar seperti momentum lebaran.
Bupati Muchtar Ali Yusuf menuturkan dodol Palioi adalah salah satu karya anak Bulukumba dengan kemasan yang sudah menarik dan penting untuk terus dikembangkan sehingga semakin dikenal sebagai ole-ole dari Bulukumba.
“Ini salah satu bentuk usaha dari adik-adik, anak-anak kita atau UMKM kita di desa untuk dipasarkan setiap hari. Apalagi dijadikan ole-ole di Bulukumba,” katanya memberi support.
Andi Utta sapaan akrab Bupati Bulukumba sangat mengapresiasi mendukung anak muda yang punya kreatifitas untuk terus mengembangkan usaha dengan potensi yang ada di sekitarnya, seperti misalnya produk dodol yang bahan bakunya ada di sekitar desa.
“Untuk itu saya meminta semua membantu bagaimana memasarkan dan meningkatkan nilai penjualan Dodol Aksata dan tentu pada semua produk UMKM di Bulukumba,” ajak Bupati Andi Utta.
Sementara itu, owner Aksata Dodol Palioi Rahman menuturkan awal mula dirintisnya usaha dodol tersebut berangkat dari latar belakang fenomena pandemi Covid-19 yang menjadikan ekonomi dalam kondisi menurun.
Olehnya itu melalui usaha dodol, Rahman mencoba untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Desa Benteng Palioi, utamanya anak muda dan ibu-ibu sehingga bisa mendapatkan penghasilan dari usaha yang dirintis bersama.
“Alhamdulillah, berkat program pemerintah dari Kementerian Ketenagakerjaan memberikan kami peluang untuk terwujudnya usaha ini dan dapat membuka rumah produksi Aksata Dodol Palioi,” jelas Rahman yang mengaku produksinya rata-rata 120 dos perhari.
Selain itu, Rahman mengaku bertekad ingin memperkenalkan dodol tradisional khas Desa Benteng Palioi ini hingga kancah nasional serta internasional. Namun untuk sementara pemesanan atau pembelian itu masih di rumah produksi di Desa Benteng Palioi karena masih menunggu label halalnya keluar yang saat ini sudah diajukan melalui di Dinas Perdagangan. Sementara untuk izin lainnya sudah lengkap semua.
Sekedar diketahui, selain Bulukumba pengiriman atau peredaran Dodol Aksata sampai saat ini sudah ada Bantaeng, Jeneponto, Gowa, Makassar, Parepare, Kabupaten Luwu, kota Palopo, Toraja, Enrekang, Soppeng, Sinjai, Kendari, Kalimantan, Jakarta, Garut, Jawa Barat, dan Papua, bahkan sudah dibawa ke Malaysia dan Arab Saudi.
Sementara untuk pemberian nama merek produknya sendiri yakni Aksata berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya tidak pernah putus atau lanjut terus.