Abustan
Pengajar & Peneliti
Detikbangsa.com – ORANG bijak selalu menyerukan kepada sesuatu yang memberi semangat dan makna kehidupan. Itulah sebabnya dalam berbagai hal selalu mengatakan: tuntutan ilahi ialah oksigen kehidupan. Sebaliknya jika anda tidak mengamalkan , hati anda mati. Mengapa ? karena tidak ada oksigen di dalam dirinya, dalam jiwanya sehingga mengalami kekeringan (kehampaan).
Transfer nilai ini sejatinya yang dibutuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketika bangsa yang besar ini kehilangan nilai-nilai panutan. Ibarat sepak bola, tak ada lagi yang bisa mengatur ritme dan determinasi nilai-nilai kebajikan dalam bernegara. Yang ada ingar bingar politik bersahut-sahutan memproduksi kegaduhan.
Situasi dan kondisi ini, menyadarkan kita bahwa tokoh besar yang berpikiran besar memang sangat dibutuhkan. Karena dari situlah ide-ide kenegaraan dan pemikiran yang senantiasa mencerminkan kemajuan , selalu dibutuhkan untuk kemajuan publik dan kesejahteraan rakyat.
Momentum inilah, membuat media selevel Kompas melakukan jajak pendapat (Senin, 11/4/2022). Memotret kerinduan bangsa ini atas kehadiran sosok guru bangsa .
Guru bangsa dimaknai sebagai orang yang tidak punya ambisi politik, tetapi lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Negarawan atau muazin bangsa, meminjam istilah Alois A Nugroho dalam buku Muazin Bangsa (2015) adalah orang yang selalu berseru-seru menyuarakan kebaikan. Berseru bukan untuk kepentingan pribadi atau kepentingan golongan, melainkan kepentingan bangsa ini. Figur yang tidak mau terlibat dalam politik kekuasaan, tetapi menjadi penjaga moral bangsa untuk menuju cita-cita kemerdekaan.
Sejujurnya, bangsa ini pernah memiliki sosok sekaliber Ki Hajar Dewantara, KH Agus Salim, Soekarno, Muhammad Hatta, BJ Habibie, Nurholis Madjid. Dan mungkin sejumlah tokoh lain yang luput dari perhatian publik. Terus terang saja, bangsa ini kebanyakan politikus yang hanya memikirkan kekuasaan dan pemilihan (elektoral).
Di tengah kegalauan itu, beruntunglah masih ada akademisi yang bersuara jernih dan masih ada partai politik yang mau tetap setia menjaga bangsa, menjaga konstitusi dan regularitas pemilu. Kerinduan akan guru bangsa sebagaimana tercermin dalam hasil jajak pendapat Kompas merupakan kerinduan bangsa ini atas sosok pemimpin yang bisa menjadi teladan.
Untuk itu, bangsa yang besar seperti Indonesia, dibutuhkan “sesepuh bangsa” meminjam istilah R.William Liddle (Professor Emiritus Ohio State University AS). Menurutnya bahaya yang dihadapi demokrasi Indonesia haruslah dihadapi dengan kearifan seperti Kearifan Habibie. Beliau adalah Presiden pertama dalam sejarah Indonesia merdeka yang menyerahkan nasib politiknya kepada suara rakyat. (Kompas, 4/4/2022, hal opini).
Di samping kearifan juga keberanian. Seperti diuraikan oleh Arnold M.Ludwig (2002) dalam karyanya King of the Mountain: The Nature of Political Leadership bahwa courage (keberanian) adalah satu dari tujuh pilar penting dari kepemimpinan politik yang dibutuhkan dari pemimpin oleh suatu bangsa untuk membuat bangsanya menjadi bangsa yang besar.
Akhirul kata, kerinduan publik akan hadirnya sosok guru bangsa semestinya juga jadi kerinduan parpol. Menjelang pemilu 2024, parpol perlu menyiapkan sosok yang berintegritas untuk dicalonkan, baik dalam kontestasi pemilihan presiden maupun pemilihan kepala daerah dan legislatif. Semoga doa ini sampai ke hati sanubari para pimpinan Parpol. Amiin YRA.
Jakarta, 23 April 2022
komunitas “SATU PENA”
Hello there, just became alert to your blog through Google, and found that it is really informative.
I’m going to watch out for brussels. I will appreciate if you continue this in future.
Many people will be benefited from your writing. Cheers!
Escape rooms hub
I like this website very much, Its a very nice billet to read and receive info..