Makassar, DB – Halal Bihalal Partai Golkar yang di inisiasi Wakil Ketua DPP Golkar, Nurdin Halid (NH), yang berlangsung di Hotel Four Points Makassar, Minggu 29 Mei 2022. Menjadi perhatian Sosiolog dan Pengamat Politik.
Sosiolog Politik Universitas Indonesia Timur, Anshar Aminulah dan Direktur Profetik Institute, Asratillah memberi pandanganya.
Pernyataan Waketum DPP Golkar Nurdin Halid saat Halal Bihalal, Dalam sambutanya mendapat ragam penilai. Ada yang menilai pernyataan NH saat itu membuat gaduh partai Golkar di Sulsel.
Direktur Profetik Institute, saat dihubungi awak media menyampaikan bahwa sejak awal menduga Halal Bihalal yang di inisiasi NH, tidak diagendakan jauh-jauh hari, dengan kata lain dilaksanakan secara insidentil dan tentunya dengan target politik yang spesifik.
“Bahkan setelah saya membaca komentar pak NH, maka memang ada upaya dari beliau untuk menarik garis demarkasi yang tegas antara gerbongnya dan gerbong pak TP selaku ketua DPD Golkar Sulsel,” imbuh Asratillah.
Namun saya melihat bahwa acara Halal Bihalal tersebut kurang memiliki legitimasi politik, hal ini dilihat dari tidak adanya unsur DPP Golkar yang hadir kecuali NH sendiri.
Selain itu, Halal Bihalal tersebut keluar dari konteks undangannya. Wacana di Halal Bihalal lebih didominasi soal pilgub dan pengukuhan IAS sebagai kader Golkar dan Bakal Cagub Sulsel, dibanding konsolidasi pemenangan Airlangga Hartarto sebagai capres.
“Golkar mesti mampu mengelola riak-riak politik seperti ini. Kalau riak ini bisa dikelola dengan bijak maka bisa mengangkat kekuatan elektoral Golkar, tapi jika tidak dikelola dengan baik, koordinasi dan komunikasi antar elit Golkar tersumbat, maka yang akan dirugikan adalah Golkar,” ujar Asratillah.
Hal yang sama juga disuarakan Sosiolog Politik Universitas Indonesia Timur Anshar Aminulah.
Dia menilai jika acara ini hanya inisiatif Nurdin Halid karena tak melibatkan DPD Golkar Sulsel. Buktinya, tak satupun elit DPP yang hadir dalam kegiatan itu. Tokoh Golkar Sulsel pun hanya segelintir yang menghadiri acara itu.
“Kegiatan ini saya lihat menunjukkan jika kekuatan pak Nurdin Halid di Sulsel sudah menurun dengan kurangnya tokoh Golkar yang hadir, anggota fraksi dari daerah yang datang juga sangat minim.” kata Pengajar di Universitas Indonesia Timur ini. (RLS)